Matafaktanews.com, BANDUNG, — Para alumni Kelas 2 IPA 3 SMAN IX Bulungan angkatan 1978 kembali melanjutkan tradisi silaturahminya dengan menggelar perjalanan wisata bersama ke Bandung, Senin (17/11/2025). Meski sudah berusia 65–66 tahun, semangat mereka untuk berkumpul dan bernostalgia justru semakin menggebu. Perjalanan sengaja dilakukan pada hari kerja agar lebih lancar dan mereka dapat kembali ke rumah tepat waktu, sesuai janji kepada anak dan cucu.
Kehebohan reuni ini bahkan sudah terasa sejak beberapa hari sebelumnya. Para peserta harus mengantongi izin keluarga terlebih dahulu—dari pasangan, anak, hingga cucu—karena sebagian besar sudah masuk kategori lansia. “Izin keluarga itu wajib,” seloroh salah satu peserta.
Itinerary Rapi, Semangat Tetap Muda
Rombongan berangkat dari Citos sekitar pukul tujuh pagi dan langsung memulai keseruan sejak di atas bus wisata. Itinerary pun telah tersusun rapi. Mereka sarapan di RM Nasi Bancakan, melanjutkan ke Sweetheart Bawean untuk berburu bolu mocca, dan mampir ke Kartika Sari di Juanda.
Tujuan utama hari itu adalah Astro Highlands Ciater, tempat mereka beristirahat, salat, makan siang, dan ngopi sambil menikmati udara sejuk. Perjalanan dilanjutkan ke Jalan Cagak untuk membeli nanas Subang, lalu menuju Kalijati untuk bersilaturahmi ke rumah Arief (Ayip), salah satu sahabat yang kini menetap di sana. Dari Kalijati, rombongan kembali ke Jakarta dan turun di Lebak Bulus.
Karaoke, Candaan, dan Nostalgia
Sejak perjalanan dimulai, suasana bus tak pernah sepi. Lajuanda, sang ketua kelas, bahkan harus menahan keinginannya merokok demi kenyamanan bersama. Di tengah perjalanan, para alumni tak ragu berkaraoke.
“Yerson suaranya bagus, begitu juga Iis!” ujar Saraswati sambil terkekeh.
Yerson yang dulu dikenal pendiam ternyata menyimpan bakat menyanyi. Sementara Iis (Aisyatul Islamiyah), sudah terkenal sejak SMA sebagai penyair bersuara merdu. Mereka, bersama Dewi, Saras, Linda, dan Esti, menjadi penghidup suasana reuni kali ini.
Dari lebih dari 40 siswa di kelas mereka dulu, hanya 14 yang dapat ikut reuni kali ini. Di antara para lelaki yang hadir adalah Lajuanda, Sabartian Ubay, Nuri, Opik, Nunu, Ayip, Glen, Yerson, Fauzi, dan Dahrul.
Kenangan Dupati dan Lagu-Lagu Pencinta Alam
Para alumni yang menamai dirinya Sahabat Dupati ini mulai bertemu sejak 1977. Banyak yang masih saling bertemu hingga kelas tiga, lalu lulus bersama pada pertengahan 1980 setelah adanya perpanjangan masa belajar enam bulan dari kebijakan Mendikbud Daud Yoesoef.
Sebagian besar dari mereka adalah pencinta alam di masa muda. Salah satu lagu yang paling melekat di ingatan adalah “Di Jenjang Desember”, sebuah lagu yang terinspirasi dari meninggalnya Soe Hok Gie di Gunung Semeru pada 16 Desember 1969. Lagu ini selalu menghadirkan nuansa haru dan menjadi simbol idealisme para pendaki generasi itu.
Bukti Bahwa Kebahagiaan Milik Semua Usia
Bagi Sahabat Dupati, tidak ada yang lebih mengharukan daripada kembali menyusuri kenangan SMA—masa penuh tawa, persahabatan, dan idealisme. Meski kini telah menjadi aki-aki dan nini-nini, semangat untuk menjaga silaturahmi tak pernah padam.
Mungkin benar, usia hanyalah angka. Kebahagiaan tetap milik sia moga saja yang mau merayakannya.(AS/MF/Res).


